Beyond Classroom: Metode Pembelajaran Interaktif di Lingkungan Pesantren

Lingkungan pesantren yang khas menawarkan lebih dari sekadar ruang kelas, menghadirkan metode pembelajaran interaktif yang mendalam bagi para santri. Konsep beyond classroom ini memungkinkan pendidikan tidak terbatas pada teori semata, tetapi juga melibatkan praktik langsung dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Sistem asrama adalah inti dari metode pembelajaran di pesantren, di mana pendidikan berlangsung 24 jam sehari. Santri tidak hanya belajar ilmu agama dari kitab kuning, tetapi juga diajarkan kemandirian, disiplin, dan etika sosial melalui interaksi sesama santri dan bimbingan langsung dari kiai serta ustaz. Ini berbeda dengan pendidikan formal pada umumnya, di mana interaksi terbatas hanya di dalam kelas. Kegiatan seperti piket harian, salat berjamaah, dan musyawarah adalah bagian tak terpisahkan dari kurikulum yang membentuk karakter dan keterampilan hidup.

Salah satu bentuk metode pembelajaran interaktif yang unik adalah kegiatan khitobah atau pidato, di mana santri secara rutin berlatih berbicara di depan umum. Ini melatih kepercayaan diri, kemampuan berpikir kritis, dan keterampilan retorika yang penting untuk dakwah maupun kehidupan profesional. Pada tanggal 10 Juli 2025, Pondok Pesantren Nurul Iman di Jawa Barat mengadakan lomba pidato antar-santri dengan tema “Kontribusi Pemuda dalam Pembangunan Bangsa”. Lomba ini diikuti oleh 100 santri dan dinilai langsung oleh para kiai dan tokoh masyarakat. Bapak Lukman Hakim, salah satu ustaz pembimbing, menyatakan bahwa kegiatan ini sangat efektif dalam melatih mental santri untuk berani tampil dan menyampaikan gagasan.

Selain itu, banyak pesantren juga mengintegrasikan pembelajaran berbasis proyek atau unit usaha. Santri tidak hanya belajar teori pertanian, misalnya, tetapi juga terlibat langsung dalam mengelola kebun atau sawah pesantren. Ini memberikan pengalaman nyata dalam agribisnis dan memupuk jiwa kewirausahaan. Pada hari Rabu, 17 Juli 2025, Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlas di Jawa Timur berhasil memanen raya lele dari kolam budidaya yang dikelola oleh santri. Hasil panen ini kemudian diolah menjadi produk olahan yang dipasarkan ke masyarakat sekitar, melibatkan santri dalam seluruh metode pembelajaran rantai produksi. Pihak kepolisian setempat turut hadir untuk memastikan keamanan selama acara panen raya berlangsung.

Dengan demikian, pesantren menghadirkan metode pembelajaran yang holistik dan interaktif, melampaui batasan ruang kelas. Pengalaman hidup di lingkungan pesantren, interaksi sosial, serta praktik langsung, membentuk santri menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual dan spiritual, tetapi juga mandiri, berakhlak mulia, dan siap berkontribusi nyata bagi masyarakat. Ini adalah kekuatan sejati dari pendidikan pesantren yang terus relevan di setiap zaman.