Peringatan Nabi: Hindari Menjadi 5 Golongan Merugi di Ramadhan

Bulan Ramadan adalah anugerah terbesar bagi umat Muslim, gerbang ampunan, dan ladang pahala yang berlipat ganda. Namun, Nabi Muhammad pernah memberikan peringatan keras tentang golongan-golongan yang merugi di bulan suci ini. Merugi di sini berarti tidak mendapatkan ampunan Allah, tidak meraih pahala maksimal, atau bahkan dosa-dosanya tidak diampuni meskipun telah berpuasa.

Golongan pertama yang merugi adalah mereka yang melewati Ramadan tanpa mendapatkan ampunan dari Allah. Ini adalah kerugian terbesar, mengingat betapa luasnya pintu ampunan dibuka di bulan ini. Puasa seharusnya membersihkan dosa, namun jika dilakukan tanpa iman dan ihtisab (mengharap ridha Allah), atau disertai kemaksiatan, maka ampunan itu akan jauh.

Kedua, mereka yang berpuasa namun tidak menjauhi perkataan dusta dan perbuatan maksiat. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan dia meninggalkan makan dan minumnya.” Puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tapi juga menahan lisan dan anggota badan dari dosa.

Ketiga, orang yang berpuasa tapi tidak menjaga shalatnya. Ramadan adalah bulan peningkatan ibadah, dan shalat adalah tiang agama. Bagaimana mungkin seseorang berharap puasanya diterima jika kewajiban shalatnya diabaikan? Puasa yang tidak diiringi dengan shalat yang khusyuk dan tepat waktu akan mengurangi bahkan menghilangkan nilai spiritualnya.

Keempat, mereka yang pelit atau kikir di bulan Ramadan. Bulan ini adalah bulan berbagi, bulan sedekah. Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, apalagi di bulan Ramadan. Merugi bagi mereka yang memiliki kelebihan rezeki namun enggan berbagi, terutama kepada fakir miskin dan yang membutuhkan, padahal pahala sedekah dilipatgandakan.

Kelima, orang yang melewatkan Lailatul Qadar. Malam Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan, di mana doa-doa diijabah dan pahala dilipatgandakan. Merugi besar bagi mereka yang menyia-nyiakan sepuluh malam terakhir Ramadan dengan tidur atau lalai, padahal di dalamnya terkandung malam penuh kemuliaan ini.

Peringatan Nabi ini menjadi cambuk bagi kita semua untuk senantiasa introspeksi diri di bulan Ramadan. Jangan sampai puasa dan ibadah kita hanya sebatas rutinitas fisik tanpa makna spiritual yang mendalam. Setiap Muslim harus berusaha maksimal agar tidak termasuk dalam golongan yang merugi ini.